BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Kompres
panas dan dingin merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Barbara R
Hegner, 2003). Sesuai dengan reseptor suhu tubuh bagian dalam, maka penurunan
suhu tubuh dengan pendinginan dapat dilakukan pada bagian Hypotalamus, medula
spinalis, organ dalam abdomen dan di sekitar vena-vena besar (Artur
C.Guyton,1997). Selama ini yang sering dijumpai dalam perawatan pada klien
dengan peningkatan suhu dilakukan hanya dengan pemberian kompres pada daerah
tubuh yang memiliki aliran vena besar, seperti leher, ketiak (Axila) dan inguinal (lipatan paha). Dimana sebelumnya, dilakukan dengan
pemberian kompres pada daerah dahi/kepala (Nancy Roper,1988). Organ intra
abdomen merupakan reseptor yang lebih peka terhadap suhu dingin (Artur C
Gayton). Sedangkan daerah vena besar, dirasakan cukup efektif karena adanya
proses vasodilatasi dengan pemberian kompres hangat untuk menurunkan suhu
tubuh.
|
Kondisi
ini disebabkan karena selama ini perawat kurang merasakan sebagai suatu
kebutuhan, sehingga kurang termotivasi untuk melakukan penelitian tentang
intervensi alternative pemberian kompres dalam menurunkan suhu tubuh. Menurut Stanford
(1970) bahwa kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh
orang tersebut.
Dengan
dilakukannya penelitian ini nantinya diharapkan dapat diketahui kompres pada
daerah dinding abdomen apakah lebih efektif dari daerah vena besar yang selama
ini dilakukan karena merupakan salah satu reseptor suhu dan terjadi
vasodilatasi pada saat pemberian kompres. Dimana organ intra abdomen juga
merupakan reseptor suhu yang lebih sensitif terhadap suhu dingin. Kandungan
jaringan lemak pada daerah abdomen sangat mempengaruhi proses konduksi panas
dari dalam kepermukaan kulit (A.C.Guyton, 1997).
No comments:
Post a Comment