BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar
adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara – cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan. Aktivitas belajar tersebut bersifat kompleks karena merupakan suatu
proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor dan meliputi berbagai aspek baik
yang bersumber dari dalam diri maupun dari luar diri manusia.
(Hamalik,1990:21).
Aktivitas
belajar bagi setiap individu tidak selamanya berlangsung wajar, kadang dapat
lancar, kadang – kadang tidak, kadang dapat cepat menangkap apa yang
dipelajari, kadang terasa sulit. (Ahmadi dan Widodo S,1991:74). Kenyataan ini
sering dijumpai pada setiap mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
individu tidaklah sama. Hal ini yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar
dikalangan mahasiswa. Suatu kondisi proses belajar yang ditandai dengan adanya
hambatan- hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar disebut dengan
kesulitan belajar. (Ahmadi dan Widodo, 1991:88).
Kesulitan
belajar terdiri dari beberapa kategori. Menurut Soekamto dan Udin SW(1997:38),
seorang mahasiswa tentu mempunyai IQ di atas rata-rata. Berdasar asumsi
tersebut maka kesulitan belajar yang terjadi pada mahasiswa termasuk dalam
"under achiever" yaitu prestasi rendah atau kurang. Mahasiswa
tersebut memiliki IQ tinggi tetapi prestasi belajarnya rendah atau tidak dapat
mencapai yang semestinya (berdasar tingkat kemampuanya). Sedangkan kelompok
mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut disebut sebagai "lower
Group" yaitu kelompok yang mempunyai prestasi di bawah rata-rata
(Makmun,2000: 308)
Dari
berbagai sumber informasi dapat diketahui bahwa suatu kelompok siswa /
mahasiswa yang berdistribusi normal dapat diperkirakan adanya sejumlah kasus
hipotetik kesulitan belajar sekitar 10% - 25% dari keseluruhan populasi
tersebut. (Makmun, 2000 : 312).
Berdasarkan
hasil evaluasi belajar mahasiswa Akper Dr. Soedono Madiun tahun 2000/2001, dari
60 mahasiswa semester IV terdapat 24 (46%) mahasiswa dengan indeks prestasi
dibawah rata-rata kelompok. Mahasiswa semester II dari 57 mahasiswa terdapat 29
(49%) mahasiswa dengan indeks prestasi di bawah rata-rata kelompok. Dengan
demikian diperkirakan terdapat 46% mahasiswa semester IV dan 49% mahasiswa
semester II yang mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabkan faktor intelegensi, tetapi dapat juga
karena faktor non intelegensi. IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan
dalam belajar (Ahmadi dan Widodo, 1991:74). Faktor-faktor kesulitan belajar
dapat berasal dari dalam diri mahasiswa sendiri seperti motivasi yang kurang,
kebiasaan belajar kurang efektif dan kecakapan mengikuti kuliah kurang. Faktor
lain berasal dari sekolah, yaitu karena faktor guru, bahan bacaan, kurikulum, kondisi
gedung dan alat pelajaran. Keluarga juga merupakan faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar, yaitu perhatian orangtua , suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi. Faktor masyarakat seperti teman bergaul, aktivitas di masyarakat dan
lingkungan tetangga juga mempengaruhi kesulitan belajar.
Kesulitan
belajar pada mahasiswa ditandai dengan menunjukkan prestasi yang rendah (baik
berdasar kelompok maupun patokan yang ditetapkan), hasil belajar yang dicapai
tak seimbang dengan usahanya, lambat dalam melakukan tugas belajar dan
berperilaku yang tidak wajar.
Tidak
banyak mahasiswa yang menyadari kesulitan yang dialaminya. Tetapi tak dapat
dipungkiri bahwa banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan, bahkan kegagalan
seperti tak lulus ujian atau mendapat angka yang buruk dalam ujian. Sebagian
besar mahasiswa yang berulangkali mengalami kegagalan dalam studinya akan
menimbulkan kejengkelan, kemarahan, kemalasan, kebosanan dan bahkan kebencian.
Pada akhirnya mahasiswa terpaksa harus meninggalkan bangku kuliahnya dengan
segala macam kerugian berupa gangguan mental, kerugian biaya dan kehancuran
dalam seluruh hidupnya (Hamalik, 1990:127).
Upaya memperbaiki cara belajar sangat diperlukan
untuk menghindari kegagalan dalam belajar. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mengenal sedini mungkin jenis kesulitan belajar dan mencari sumber penyebab
utama dan penyerta yang menimbulkan kesulitan belajar (Ahmadi dan Widodo S,
1991:91).
Berdasarkan
data hasil evaluasi belajar mahasiswa dan akibat yang dapat ditimbulkan, maka
peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesulitan belajar. Diketahuinya faktor yang mempengaruhi kesulitan tersebut maka upaya untuk mengatasi
dapat dilakukan dengan tepat.
Post Sangat Bermanfaat Jangan Lupa Kunjungi Blog
ReplyDeletehttp://jasakonsultanskripsisurabaya.blogspot.com/