Saturday, May 11, 2013

ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK KINERJA PEKERJA SOSIAL DAN HAMBATANNYA

ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK KINERJA PEKERJA SOSIAL DAN HAMBATANNYA
Ujang T. Hidayat

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan faktor-faktor pembentuk kinerja pekerja sosial serta faktor-faktor penghambat perolehan angka kredit jabatan pekerja sosial. Responden dalam penelitian ini adalah para pekerja sosial yang bertugas di panti-panti sosial pemerintah di Provinsi Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Tengah.
Hasil analisis faktor terungkap bahwa terdapat empat faktor pembentuk kinerja pekerja sosial, yaitu : 1) faktor “tidak langsung – pengembangan”;  2) faktor “langsung – pelayanan rehabilitatif”; 3) faktor “langsung – pengembangan”, dan; faktor “tidak langsung – penunjang”. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan pula bahwa terdapat tiga faktor yang paling menghambat perolehan angka kredit jabatan pekerja sosial, yaitu : 1) kurangnya pendidikan dan pelatihan bagi pekerja sosial panti; 2) fasilitas kerja seperti ATK, biaya operasional, alat transportasi dan lain-lain kurang memadai; 3) tidak semua bentuk kegiatan pekerja sosial dapat dinilai sebagai angka kredit.

Kata kunci   :     analisis faktor, faktor penghambat, angka kredit, pekerja sosial

I.              PENDAHULUAN
Dalam konteks pelayanan sosial yang lebih luas, terdapat beberapa kelemahan internal yang terjadi pada profesi pekerjaan sosial. Soetarso (2000) menjelaskan bahwa beberapa kesalahan tersebut diantaranya adalah orientasi yang berlebihan pada masalah, misalnya dalam bentuk penggunaan istilah identifikasi masalah, analisis atau pengkajian masalah dan pemecahan masalah. Orientasi yang berlebihan terhadap masalah ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) orientasi pelayanan sosial berdasarkan literatur Barat yaitu penanganan lebih bersifat klinis daripada penanganan secara struktural; 2) keterbatasan kemampuan para dosen dan widyaiswara pekerjaan sosial untuk mencermati kondisi objektif Bangsa Indonesia, termasuk dalam hal ini peraturan perundang-undangan, kegiatan, masalah dan kecenderungan dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial; 3) kekurangmampuan mengkaji in-efektivitas karena keterbatasan pengalaman praktis.
Penilaian kinerja pekerja sosial hingga saat ini masih bertumpu pada Kepmenpan Nomor 45/Menpan/1988. Setelah sekian lama menjadi mainstream pengukuran kinerja pekerja sosial maka hampir dapat dipastikan setiap pekerja sosial mengenali seluruh butir kegiatan yang menjadi bidang tugasnya. Secara umum, butir-butir kegiatan menurut Kepmenpan Nomor 45/Menpan/1988 sebagai kriteria kinerja pekerja sosial terbagi ke dalam lima unsur; yaitu : pendidikan; pelayanan kesejahteraan sosial; pembinaan dan pengembangan kesejahteraan sosial; pengembangan profesi pekerjaan sosial; pengabdian masyarakat, dan; pendukung pekerja sosial. Kelima unsur tersebut memuat sebanyak 146 item atau butir kegiatan. Dari sekian banyak butir ini sebetulnya dapat dijadikan dasar untuk mengungkap general factor dan specific factor pembentuk kinerja pekerja sosial.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dunn-Rankin (1983) yang menyatakan bahwa jika sebuah instrumen memuat sejumlah butir yang besar, maka sangat dimungkinkan instrumen tersebut memiliki lebih dari satu skala unidimensional. Untuk kasus-kasus seperti ini dapat digunakan metode multidimensional, yaitu analisis faktor. Fructher (1954) berpendapat bahwa analisis faktor digunakan untuk memperkecil jumlah kategori dasar yang pada awalnya jumlah tersebut terlalu besar. Artinya, sejumlah besar ukuran dapat dijelaskan dengan variabel yang jumlahnya lebih sedikit.
Dalam psikologi personel, analisis faktor dalam dunia kerja bertujuan untuk menyusun job families, yaitu mengelompokkan  beberapa tugas pekerjaan ke dalam faktor-faktor tertentu. Minner (1992) menyebutkan bahwa analisis faktor dalam pengembangan job families dan job analysis bertujuan untuk mengembangkan pemahaman  yang sistematis mengenai bagaimana setiap job itu berhubungan satu sama lain, baik dalam arti tugas-tugas yang diperlukan maupun karakteristik pelaksananya.
Analisis faktor dalam penelitian ini bersifat eksploratif, yaitu untuk melihat sejauhmana butir-butir kegiatan terbentuk dalam faktor-faktor tertentu. Dasar yang digunakan untuk penyusunan faktor ini menggunakan kegiatan pekerja sosial sebagaimana tercantum dalam Kepmenpan Nomor 45/Menpan/1988.
Penelitian yang menggunakan analisis faktor dalam bidang pekerjaan sosial memang dapat dikatakan masih sangat terbatas. Walaupun demikian dapat dicatat bahwa Nassar-McMillan & Borders (1999) pernah melakukan penelitian terhadap tenaga-tenaga volunteer yang bekerja pada lembaga-lembaga pelayanan sosial (social agencies) melalui suatu analisis perilaku kerja (work behavior analysis). Analisis faktorial kedua peneliti tersebut menunjukkan bahwa perilaku kerja para volunteer dicirikan oleh tiga faktor, yaitu: 1) interaksi isu-isu spesifik yang dihadapi; 2) tugas-tugas struktural dan administratif; 3) interaksi komunikasi tertentu. Pada sisi lain, penelitian ini bertujuan sama yaitu hendak mengungkap faktor-faktor pembentuk perilaku kerja pekerja sosial dalam konteks pekerjaan sosial di Indonesia. Karena berbagai keterbatasan, penelitian ini hanya menggunakan para pekerja sosial yang bertugas di panti-panti sosial pemerintah sebagai sampel.
Faktor penghambat kinerja pekerja sosial, lebih tepatnya faktor penghambat peroleh angka kredit, turut pula dibahas dalam penelitian ini. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak dilakukan analisis faktor sebagaimana uraian di atas dalam mengkaji faktor pembentuk kinerja pekerja sosial. Jenis dan kualitas faktor penghambat akan lebih valid jika diungkapkan langsung oleh para pekerja sosial. Setelah proses identifikasi faktor penghambat dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah mengurutkan seluruh faktor penghambat tersebut ke dalam suatu garis kontinum. Dengan demikian, jenis dan kualitas faktor penghambat terintegrasi dalam satu analisis. Metode penskalaan pair comparison dipandang sangat tepat guna melakukan analisis tersebut. Melalui metode penskalaan ini maka subjek tidak secara langsung memberikan bobot atau rating terhadap stimulus melainkan melalui teknik komputasi tertentu guna menjamin objektivitas penilaian faktor penghambat.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan faktor pembentuk kinerja pekerja sosial serta faktor-faktor penghambat perolehan angka kredit jabatan pekerja sosial. Adapun rumusan masalah penelitian adalah:
1.      Faktor-faktor apa saja yang dapat diungkap dalam butir-butir kegiatan pekerja sosial?
2.      Hal-hal apa saja yang menghambat peroleh angka kredit jabatan pekerja sosial serta bagaimana kualitas hambatan tersebut?
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini dapat dilihat dari sisi praktis yaitu penelitian diharapkan tersedianya informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mendorong pekerja sosial mencapai kinerja terbaiknya serta tersedianya informasi mengenai faktor-faktor yang dapat menghambat kinerja pekerja sosial.

No comments:

Post a Comment