ANALISIS FAKTOR
PEMBENTUK KINERJA PEKERJA SOSIAL DAN HAMBATANNYA
Ujang T. Hidayat
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan faktor-faktor
pembentuk kinerja pekerja sosial serta faktor-faktor penghambat perolehan angka
kredit jabatan pekerja sosial. Responden dalam penelitian ini adalah para
pekerja sosial yang bertugas di panti-panti sosial pemerintah di Provinsi Jawa
Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Tengah.
Hasil analisis faktor terungkap bahwa terdapat empat faktor
pembentuk kinerja pekerja sosial, yaitu : 1) faktor “tidak langsung –
pengembangan”; 2) faktor “langsung –
pelayanan rehabilitatif”; 3) faktor “langsung – pengembangan”, dan; faktor
“tidak langsung – penunjang”. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan pula
bahwa terdapat tiga faktor yang paling menghambat perolehan angka kredit
jabatan pekerja sosial, yaitu : 1) kurangnya pendidikan dan pelatihan bagi pekerja
sosial panti; 2) fasilitas kerja seperti ATK, biaya operasional, alat
transportasi dan lain-lain kurang memadai; 3) tidak semua bentuk kegiatan
pekerja sosial dapat dinilai sebagai angka kredit.
Kata
kunci : analisis faktor, faktor penghambat, angka kredit,
pekerja sosial
I.
PENDAHULUAN
Dalam konteks pelayanan sosial
yang lebih luas, terdapat beberapa kelemahan internal yang terjadi pada profesi
pekerjaan sosial. Soetarso (2000) menjelaskan bahwa beberapa kesalahan tersebut
diantaranya adalah orientasi yang berlebihan pada masalah, misalnya dalam
bentuk penggunaan istilah identifikasi masalah, analisis atau pengkajian
masalah dan pemecahan masalah. Orientasi yang berlebihan terhadap masalah ini
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) orientasi pelayanan sosial berdasarkan
literatur Barat yaitu penanganan lebih bersifat klinis daripada penanganan
secara struktural; 2) keterbatasan kemampuan para dosen dan widyaiswara
pekerjaan sosial untuk mencermati kondisi objektif Bangsa Indonesia, termasuk
dalam hal ini peraturan perundang-undangan, kegiatan, masalah dan kecenderungan
dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial; 3) kekurangmampuan mengkaji
in-efektivitas karena keterbatasan pengalaman praktis.
Penilaian kinerja pekerja sosial
hingga saat ini masih bertumpu pada Kepmenpan Nomor 45/Menpan/1988. Setelah
sekian lama menjadi mainstream pengukuran kinerja pekerja sosial maka
hampir dapat dipastikan setiap pekerja sosial mengenali seluruh butir kegiatan
yang menjadi bidang tugasnya. Secara umum, butir-butir kegiatan menurut
Kepmenpan Nomor 45/Menpan/1988 sebagai kriteria kinerja pekerja sosial terbagi
ke dalam lima unsur; yaitu : pendidikan; pelayanan kesejahteraan sosial;
pembinaan dan pengembangan kesejahteraan sosial; pengembangan profesi pekerjaan
sosial; pengabdian masyarakat, dan; pendukung pekerja sosial. Kelima unsur
tersebut memuat sebanyak 146 item atau butir kegiatan. Dari sekian banyak butir
ini sebetulnya dapat dijadikan dasar untuk mengungkap general factor dan
specific factor pembentuk kinerja pekerja sosial.
Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Dunn-Rankin (1983) yang menyatakan bahwa jika sebuah instrumen memuat
sejumlah butir yang besar, maka sangat dimungkinkan instrumen tersebut memiliki
lebih dari satu skala unidimensional. Untuk kasus-kasus seperti ini dapat
digunakan metode multidimensional, yaitu analisis faktor. Fructher (1954)
berpendapat bahwa analisis faktor digunakan untuk memperkecil jumlah kategori
dasar yang pada awalnya jumlah tersebut terlalu besar. Artinya, sejumlah besar
ukuran dapat dijelaskan dengan variabel yang jumlahnya lebih sedikit.
Dalam psikologi personel,
analisis faktor dalam dunia kerja bertujuan untuk menyusun job families,
yaitu mengelompokkan beberapa tugas
pekerjaan ke dalam faktor-faktor tertentu. Minner (1992) menyebutkan bahwa
analisis faktor dalam pengembangan job families dan job analysis
bertujuan untuk mengembangkan pemahaman yang sistematis mengenai bagaimana setiap job
itu berhubungan satu sama lain, baik dalam arti tugas-tugas yang diperlukan
maupun karakteristik pelaksananya.
Analisis faktor dalam penelitian ini bersifat
eksploratif, yaitu untuk melihat sejauhmana butir-butir kegiatan terbentuk
dalam faktor-faktor tertentu. Dasar yang digunakan untuk penyusunan faktor ini
menggunakan kegiatan pekerja sosial sebagaimana tercantum dalam Kepmenpan Nomor
45/Menpan/1988.
Penelitian yang menggunakan analisis faktor dalam
bidang pekerjaan sosial memang dapat dikatakan masih sangat terbatas. Walaupun
demikian dapat dicatat bahwa Nassar-McMillan & Borders (1999) pernah
melakukan penelitian terhadap tenaga-tenaga volunteer yang bekerja pada
lembaga-lembaga pelayanan sosial (social agencies) melalui suatu
analisis perilaku kerja (work behavior analysis). Analisis faktorial
kedua peneliti tersebut menunjukkan bahwa perilaku kerja para volunteer
dicirikan oleh tiga faktor, yaitu: 1) interaksi isu-isu spesifik yang dihadapi;
2) tugas-tugas struktural dan administratif; 3) interaksi komunikasi tertentu.
Pada sisi lain, penelitian ini bertujuan sama yaitu hendak mengungkap
faktor-faktor pembentuk perilaku kerja pekerja sosial dalam konteks pekerjaan
sosial di Indonesia.
Karena
berbagai keterbatasan, penelitian ini hanya menggunakan para pekerja sosial
yang bertugas di panti-panti sosial pemerintah sebagai sampel.
Faktor penghambat kinerja
pekerja sosial, lebih tepatnya faktor penghambat peroleh angka kredit, turut
pula dibahas dalam penelitian ini. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak
dilakukan analisis faktor sebagaimana uraian di atas dalam mengkaji faktor
pembentuk kinerja pekerja sosial. Jenis dan kualitas faktor penghambat akan
lebih valid jika diungkapkan langsung oleh para pekerja sosial. Setelah proses
identifikasi faktor penghambat dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah
mengurutkan seluruh faktor penghambat tersebut ke dalam suatu garis kontinum.
Dengan demikian, jenis dan kualitas faktor penghambat terintegrasi dalam satu
analisis. Metode penskalaan pair comparison dipandang sangat tepat guna
melakukan analisis tersebut. Melalui metode penskalaan ini maka subjek tidak
secara langsung memberikan bobot atau rating terhadap stimulus melainkan
melalui teknik komputasi tertentu guna menjamin objektivitas penilaian faktor
penghambat.
Berdasarkan latar belakang
tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan faktor
pembentuk kinerja pekerja sosial serta faktor-faktor penghambat perolehan angka
kredit jabatan pekerja sosial. Adapun rumusan masalah penelitian adalah:
1.
Faktor-faktor apa saja yang dapat diungkap dalam
butir-butir kegiatan pekerja sosial?
2.
Hal-hal apa saja yang menghambat peroleh angka kredit
jabatan pekerja sosial serta bagaimana kualitas hambatan tersebut?
Manfaat yang dapat diambil dari
penelitian ini dapat dilihat dari sisi praktis yaitu penelitian diharapkan
tersedianya informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mendorong pekerja
sosial mencapai kinerja terbaiknya serta tersedianya informasi mengenai
faktor-faktor yang dapat menghambat kinerja pekerja sosial.
No comments:
Post a Comment