BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dengan
bertambahnya usia harapan hidup orang Indonesia, maka jumlah manusia lanjut
usia di Republik ini akan bertambah banyak pula. Sehingga masalah penyakit
akibat ketuaan akan semakin banyak kita hadapi. Salah satu penyakit yang harus
diantisipasi adalah semakin banyaknya penyakit
osteoporosis dan patah tulang
yang diakibatkannya (Bayu Santoso, 2001)
Pada tahun 60 tahun ke depan
akan terjadi perubahan demografik yang akan meningkatkan populasi warga usia
lanjut dan meningkatkan terjadinya patah tulang karena osteoporosis. Jumlah
penderita patah tulang akibat osteoporosis yang pada tahun 1990 mencapai 1,7
juta akan menjadi 6,3 juta pada tahun 2050, kecuali jika ada tindakan
pencegahan yang agresif (Joewono Soeroso, 2001).
Di Surabaya berdasarkan pengamatan
Prof. Dr. Djoko Roeshadi pada penelitiannya tahun 1997, 26% diantara wanita
pasca menoupouse mengalami osteoporosis.
80% osteoporosis terjadi pada wanita
terutama yang sudah mencapai usia menoupouse. Osteopororis sebetulnnya adalah
berkurangnya masa tulang yang kemudian diikuti dengan kerusakan arsitektur
tulang, sehingga tulang mudah mengalami patah tulang (R.. Prayitno Prabowo,
2001).
Osteoporosis didefinisikan sebagai
kelainan skeletal yang ditandai dengan adanya gangguan kekuatan tulang yang
mengakibatkan tulang menjadi lebih besar resikonya untuk mengalami patah
tulang. (Edi Mutamsir, 2001).
Osteoporosis dibagi menjadi tiga yaitu
osteoporosis primer, osteoporosis sekunder dan osteoporosis idiopatik. Dalam
penelitian ini peneliti membatasi pada osteoporosis primer. Menurut Albright JA
tahun 1979. Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui
penyebabnya dan merupakan kelompok yang terbesar. Ada dua faktor resiko yang
menjadi penyebab utama terjadinya osteoporosis yaitu faktor yang dapat diubah
dan faktor yang tidak dapat diubah.
Dengan mengetahui faktor
resiko osteoporosis, kita dapat memperkirakan penyebab atau suatu hal yang
dapat mempermudah terjadinya osteoporosis. Konsep ini sangat bermanfaat dalam
upaya mengurangi angka kecacatan.
No comments:
Post a Comment