BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koping
sebagai proses individu mencoba mengelola jarak yang ada antara tuntutan yang
berasal dari individu dan lingkungan dengan sumber daya yang mereka gunakan
dalam menghadapi situasi stress (Cohen & Lazarus, 1983). Perilaku
koping adaptif diperlukan oleh pasien congestive
heart failure untuk menurunkan keadaan tegang, energi dibebaskan, dan
diarahkan langsung pada penyembuhan. Sebaliknya perilaku koping maladaptif
mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi fisiologi dan psikologi, respon pikiran
dan tubuh akan meningkat berupaya untuk mengembalikan keseimbangan. Pasien congestive heart failure menunjukkan
koping maladaptif seperti kesulitan mempertahankan oksigenasi adekuat, sehingga
cenderung gelisah dan cemas karena sulit bernapas. Gejala ini cenderung
memburuk pada malam hari, kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan
oksigenasi jaringan, stress akibat kesulitan bernapas dan jantung tidak
berfungsi dengan baik. Begitu terjadi cemas, terjadi juga dispnu, yang memperberat
kecemasan (Hudak, 1997; Smeltzer, 2001;
Smet, 1994).
|
Penyebab dari tidak adaptifnya perilaku koping
pasien congestive heart failure
adalah: kurangnya informasi terhadap
penyakit dan pola hidup, tidak mematuhi terapi yang dianjurkan, seperti tidak
mampu melaksanakan terapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan diit,
tidak mematuhi tindak lanjut medis, melakukan aktifitas fisik yang berlebihan
dan tidak dapat mengenali gejala kekambuhan. Hal tersebut akan berdampak pada
timbulnya masalah psikologis, sosiologis dan finansial serta beban fisiologis
pasien akan menjadi lebih serius. Organ tubuh tentunya akan rusak. Serangan
berulang dapat menyebabkan fibrosis paru, sirosis hepatis, pembesaran limpa dan
ginjal, dan bahkan kerusakan otak akibat kekurangan oksigen selama episode
akut. Sehingga pasien sering kembali ke klinik dan rumah sakit akibat
kekambuhan gagal jantung (Smeltzer, 2001).
Salah satu upaya yang saat ini dapat dilakukan
adalah pemberian informasi. Dengan memberikan penyuluhan pada pasien dan
melibatkannya dalam implementasi program terapi akan memperbaiki kerja sama dan
kepatuhan. Pasien dibimbing untuk secara bertahap ke gaya hidup dan aktifitas
sebelum sakit sedini mungkin. Aktifitas kegiatan hidup sehari – hari harus
direncanakan untuk meminimalkan periode apnu dan kelelahan. Berbagai
penyesuaian kebiasaan, pekerjaan, dan hubungan interpersonal harus dilakukan.
Setiap aktifitas yang menimbulkan gejala harus dihindari atau dilakukan
adaptasi. Pasien harus dibantu untuk mengidentifikasi stress emosional dan
menggali cara – cara untuk menyelesaikannya, juga memahami bahwa gagal jantung
dapat dikontrol, menjaga berat badan yang stabil, membatasi asupan natrium,
pencegahan infeksi, menghindari bahan berbahaya seperti kopi dan tembakau
(Smeltzer, 2001).
dan anak.
No comments:
Post a Comment