BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
pelaksanaan upaya penanggulangan HIV/AIDS ( Human
Immuno Deficiency Virus / Aquired Immuno Deficiency Syndrome ), beberapa
kendala yang muncul dan berkembang di tengah masyarakat adalah mitos,
diskriminasi dan stigmatisasi (Hasbullah,1999). Selama ini Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA) dikaitkan dengan mitos dan stigma sehingga mereka terpojok.
Sikap masyarakat yang tidak bersahabat terhadap ODHA dapat dilihat dari
perlakuan yang mereka alami, seperti dikeluarkan dari pekerjaannya, dikucilkan,
bahkan sampai di usir dari lingkungan dimana ODHA tinggal (Jessica S, 2004)
Berdasarkan
data dari UNAIDS dan UNICEF tahun 2001, terdapat 11,8 juta penduduk usia 15-24
tahun menderita HIV/AIDS terdiri dari 7,3 juta perempuan dan 4,5 juta laki-laki
yang tersebar di seluruh dunia (Busza J, 2004). Di Indonesia, sampai dengan
bulan Juni 2004, kasus HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 4.389 kasus, dengan
prevalensi tertinggi di 6 provinsi, yaitu DKI Jakarta (1.219), Papua (1.036),
Jawa Timur (459), Bali (352), Riau (291) dan Jawa barat (248), diperkirakan
jumlah sesungguhnya sebanyak 90.000 sampai 130.000 di Indonesia (Depkes RI,
2004). Angka kejadian di Kalimantan Timur
hingga bulan November 2004 tercatat 38 orang yang terdeteksi mengidap
HIV/AIDS, 34 kasus HIV positif dan 4 kasus AIDS., 2 diantaranya sudah meninggal
dunia. Pada tahun 1999 prevalensi HIV/AIDS di Kalimantan Timur sebanyak 0,6 %,
tahun 2000 terjadi penurunan sebesar 0,1 % (0,5 %), tahun 2001 terus menurun
sebanyak 0,2 % (0,3 % ), tahun 2002 kembali terjadi peningkatan sebanyak 0,7 %
(0.9 %), tahun 2003 meningkat sebanyak 0,87% (1,67%), dan tahun 2004 sedikit
mengalami penurunan sebanyak 0.38% (1,29%). Terdapat 3 ODHA yang tinggal di
daerah Samarinda, berdasarkan analisa situasi yang dilakukan peneliti sebagai
data awal penelitian pada siswa SMU Imanuel, Samarinda, Kalimantan Timur, dari
15 sampel yang diambil, terdapat 10 (66.7 %) siswa yang masih menolak untuk
tinggal bersama satu lingkungan dengan ODHA, berdasarkan latar belakang tersebut
di atas, maka yang terjadi pada siswa/i adalah masih adanya stigma terhadap
ODHA.
Sikap
diskriminasi dan stigmatisasi ini sebetulnya muncul karena masyarakat belum
memahami benar mengenai HIV/AIDS (Hasbullah, 1999). Setiap orang perlu belajar
bagaimana dan mengapa tidak boleh mendiskriminasikan ODHA. Siswa/i harus
belajar bagaimana virus ini bisa ditularkan dan mereka bisa melindungi diri
mereka dari risiko terinfeksi. Hal ini akan mengurangi diskriminasi dan stigma
pada ODHA dengan cara memberikan pendidikan kesehatan. Oleh karena itu
diperlukan upaya besar yang melibatkan semua pihak, baik itu dari petugas
kesehatan, media massa, maupun siswa/i itu sendiri untuk memberikan informasi
dan merubah sikap serta perilaku siswa/i, tetapi perlu diperhatikan pendidikan
kesehatan tetap dilakukan walaupun
siswa/i tidak mengetahui adanya ODHA di lingkungan mereka mengingat masalah ini
ini bersifat sangat rahasia dan rentan untuk dibuka secara terang-terangan.
Diharapkan dengan meningkatnya pengertian tentang penularan HIV/AIDS membantu
meminimalkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA sehingga mereka dapat hidup
secara normal seperti masyarakat lainnya.
A , 2001). Metode pembelajaran merupakan salah
satu metode mendidik peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidik memilih
dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan
karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran
(Nursalam, 2002). Maka pemilihan dan penerapan metode bimbingan klinik dalam
kondisi tertentu dengan “Metode Bedside
Teaching sangat dimungkinkan.
Bimbingan klinik merupakan bagian dari pendidikan tinggi keperawatan
yang berupaya membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan (Dalyono, 1997). Untuk membantu meningkatkan kemampuan/perilaku
profesional tersebut pada mahasiswa, mempersiapkan/meminimalisir hal-hal yang
menjadi pengaruh dalam pembelajaran klinik dan memilih atau menerapkan metode
pembelajaran klink dengan Bedside
Teaching penting untuk dilakukan dengan harapan peserta didik dapat
manguasai keterampilan secara prosedural, tumbuh sikap profesional melalui pengamatan
langsung
Keadaan permasalahan tersebut sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti dengan judul “Pengaruh Penerapan Bedside
Teaching Terhadap Perubahan Perilaku Profesional dalam Pemasangan Infus
Pada Mahasiswa Program Reguler Jurusan Keperawatan Poltekkes Ternate”.
No comments:
Post a Comment