BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Peningkatan mutu pelayanan RS. ditentukan dengan penerapan model asuhan
keperawatan profesional diantaranya menggunakan model tim, asuhan ini
memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih tinggi sehingga terjadi
peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien ( Clifforth & Horvath, 1990).
Kepuasan pasien ditentukan salah satunya dengan pelayanann keperawatan. Menurut
Azwar (1996) pasien merasa kurang puas terhadap pelayanan keperawatan karena
pelayanan tersebut tidak optimal. Di RS. Baptis Kediri sejak diterapkannya
model asuhan keperawatan profesional tim awal tahun 2002 sebagian besar dari
pasien masih menyatakan ketidakpuasan terhadap pelayanan hal ini dibuktikan
banyaknya surat
di kotak saran tentang pelayanan perawat yang kurang optimal (Dokumentasi
RS. Baptis, 2002 – 2004). Keadaan tersebut berdampak terhadap penurunan BOR,
hal ini dapat dilihat dari hasil BOR pasien yang mengalami fluktuasi di bulan
terakhir 2004 pada tabel 1.1. Namun dalam hal ini belum diketahui secara
terperinci dimana ketidaksesuaian pelayanan terhadap kepuasan pasien tersebut
terutama dalam penerapan model asuhan keperawatan profesional tim.
Tabel 1.1 Jumlah BOR RS. Baptis
Kediri, 2004
BULAN
|
BOR
|
Januari
|
88%
|
Februari
|
72 %
|
Maret
|
69 %
|
April
|
67 %
|
Mei
|
50 %
|
Juni
|
80%
|
Mei
|
50 %
|
Penerapan model asuhan keperawatan profesional tim, apabila tanggung
jawab atau peran perawat baik dalam hal ( dokumentasi, timbang terima,
supervisi, dan sentralisasi obat ) tidak dijalankan dengan baik, yang berarti
menunjukkan kinerja kerja perawat juga menurun (Nursalam, 2002). Menurunnya
kinerja kerja perawat dapat mengakibatkan suatu pelayanan asuhan keperawatan
rendah dan pasien tidak puas. Apabila pasien tidak merasa puas maka jumlah
pasien (BOR), juga mengalami penurunan yang berarti mengalami penurunan
pendapatan RS, dan apabila hal ini terus berlanjut akan memberikan dampak
kepada pengembangan rumah sakit, yang akhirnya juga mengenai perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan dan juga reward yang diterima perawat
(Susilowati,1999), sehingga perawat menjadi malas untuk bekerja. Apabila asuhan
keperawatan menjadi rendah maka dapat memicu untuk ketidakpuasan pasien dan
terus demikian berulang secara terus menerus.
Kepuasan atau ketidakpuasan adalah suatu keputusan penilaian. Tingkat
kepuasan pelayanan pasien dari persepsi pasien atau keluarga terdekat. Kepuasan
pasien akan tercapai bila diperoleh hasil yang optimal bagi setiap pasien dan
pelayanan kesehatan memperhatikan pasien dan keluarganya, ada perhatian
terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik dan tanggap kepada kebutuhan pasien
sehingga tercapai keseimbangan yang sebaik-baiknya antara tingkat rasa puas dan
derita serta jerih payah yang harus dialami guna memperoleh hasil tersebut.
Dalam kepuasan suatu pelayanan di rumah sakit hal ini dipengaruhi karena adanya
komunikasi, Empati, biaya, tangibility,
assurance, reability, dan responsiveness (A.A. Gde Muninjaya,
2004). Hubungan yang baik antara pasien dan perawat dapat dilakukan apabila
menerapkan suatu model asuhan keperawatan yang baik. Dengan menerapkan model
yang baik maka pelayanan pasien menjadi sempurna sehingga pasien dapat
terpenuhi kepuasannya.
Untuk
mengatasi hal tersebut diatas sehingga perlu penataan sistem model asuhan
keperawatan professional (MAKP) mulai dari ketenagaan atau pasien dan penetapan
sistem tersebut (Nursalam, 2000). Seperti halnya model asuhan keperawatan di
rumah sakit Baptis Kediri yaitu model Tim dimana untuk menerapkan MAKP ini
perlu adanya suatu koordinasi dari segala aspek yaitu: tanggung jawab perawat
tim mengenai supervisi, dokumentasi keperawatan sentralisasi obat, timbang
terima dan ronde keperawatan (Nursalam, 2002). Dengan berkembangnya ilmu
keperawatan terutama dalam hal manejemen maka peneliti dalam hal ini mencari
gambaran tentang hubungan penerapan model asuhan keperawatan profesional tim
dengan kepuasan pasien, apakah model ini sangat berhubungan dengan kepuasan
pasien terutama dalam penerapan di Rumah Sakit Baptis Kediri.
No comments:
Post a Comment