BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
|
Komalasari,K. (2002) mengemukakan bahwa di Indonesia pada periode 1997–2002 penurunan angka
kematian neonatal yakni kematian bayi umur kurang dari satu bulan masih rendah
yaitu dari 28,8 per 1000 kelahiran hidup menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup.
Di Jakarta setiap jamnya sedikitnya 8 bayi berumur kurang dari seminggu meninggal
dunia. Sedangkan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebagai rumah sakit rujukan di
Jawa Timur, angka kematian perinatal lebih tinggi disebabkan menerima bayi-bayi
dengan kondisi atau cara merujuk yang berbeda-beda dari setiap daerah. Dari survey ini dinyatakan bahwa kematian
utama bayi adalah karena diare, ISPA, tetanus dan sebab-sebab perinatal
termasuk bayi resiko tinggi. Sedangkan
hipotermi menduduki urutan kedua penyebab kematian pada Bayi Baru Lahir di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya tahun 1999-2000. (Indarso, F, 2001).
Kehidupan Bayi Baru Lahir yang paling kritis
adalah saat mengalami masa transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
extrauterin yang berubah secara mendadak. Oleh karena itu pertolongan cara-cara
mengatasi masalah transisi ini sangat penting bagi tenaga kesehatan. Untuk
dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam memberikan pertolongan
bagi bayi resiko tinggi perlu adanya pengetahuan sebelumnya tentang intervensi
keperawatan pada bayi resiko tinggi. Begitu juga menolong bayi resiko tinggi
dengan hipotermi, perlu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berkualitas
agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan cepat pada bayi.
Apabila 3 hal tersebut tidak terpenuhi, maka bisa timbul
“Malpractice-Negligence”, yang bisa mengakibatkan kecacatan dan bahkan kematian
pada bayi yang mana bisa menimbulkan efek hukum bagi perawat. Oleh sebab itu
pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat yang berkualitas diperlukan baik
dalam pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi asuhan keperawatan. (Effendy, N, 1995). Dengan intervensi yang
baik maka angka kejadian kematian bayi baru lahir dengan resiko tinggi dapat
dikurangi.
Dari
pemikiran dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi deskriptif analitik hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam
intervensi keperawatan bayi resiko tinggi hipotermi di ruang
Neonatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Pernyataan
Masalah
Dalam praktek keperawatan profesional yang dilakukan di rumah sakit
ternyata masih banyak berbagai keluhan
akan kurangnya kualitas layanan keperawatan
termasuk kualitas tenaga
perawatan dalam intervensi keperawatan pada bayi resiko tinggi yang masih belum
optimal. Intervensi keperawatan yang baik akan menghasilkan asuhan keperawatan
yang berkualitas hal ini dapat diwujudkan jika perawat mempunyai pengetahuan
dan sikap yang baik dalam intervensi keperawatan. Sehingga dalam hal ini dapat
mempengaruhi citra perawat dan juga citra suatu rumah sakit, bahkan dapat
mempengaruhi citra layanan kesehatan secara umum.
1.2.2 Pertanyaan
Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut :
1) Bagaimanakah
pengetahuan perawat dalam intervensi keperawatan pada bayi resiko tinggi
hipotermi di ruang Neonatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya ?
2)
Bagaimanakah sikap perawat dalam
intervensi keperawatan pada bayi resiko tinggi hipotermi di ruang Neonatologi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya ?
3)
Adakah hubungan pengetahuan dan
sikap perawat dalam intervensi keperawatan pada bayi resiko tinggi hipotermi di
Ruang Neonatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya ?
1.3
Tujuan
Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mempelajari
hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam intervensi keperawatan pada bayi
resiko tinggi hipotermi di ruang
Neonatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2
Tujuan khusus
1) Untuk mengidentifikasi
pengetahuan perawat dalam intervensi keperawatan pada bayi resiko tinggi
hipotermi di ruang Neonatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2) Untuk mengidentifikasi sikap
perawat dalam intervensi keperawatan pada bayi resiko tinggi hipotermi di ruang
Neonatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3)
Menganalisa hubungan pengetahuan
dan sikap perawat dalam intervensi keperawatan pada bayi resiko tinggi
hipotermi di ruang Neonatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.4
Manfaat
Penelitian
1.4.1
Bagi rumah sakit
1) Mendorong
peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan khususnya pengetahuan dan
sikap perawat dalam intervensi
keperawatan bayi resiko tinggi hipotermi.
2) Memberikan
informasi tentang tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam intervensi
perawat di ruang Neonatologi terhadap bayi hipotermi.
3) Untuk
meningkatkan pendapatan rumah sakit pada akhirnya karena dengan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan dapat meningkatkan kepuasan pasien yang
pada akhirnya pasien tetap loyal terhadap rumah sakit yang bersangkutan dan
tidak berpindah ke tempat pelayanan jasa yang lain.
1.4.2
Bagi profesi keperawatan
1) Menambah
pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas personal perawat sebagai perawat
pelaksana bayi resiko tinggi hipotermi.
2) Dapat
memberi gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya.
1.4.3
Bagi pasien
1)
Agar dapat menerima pelayanan keperawatan yang lebih
berkualitas khususnya dalam asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi
hipotermi.
2)
Agar lebih aman,
nyaman, puas dan betah pada suatu rumah sakit yang akan membantu terhadap
penyembuhan pasien terhadap sakitnya.
1.5
Relevansi
Perawat harus menyadari bahwa pengetahuan, sikap
dan ketrampilan adalah elemen penting dari asuhan keperawatan yang diberikan
oleh perawat. Sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berkualitas
dalam praktik keperawatan profesional sangat berpengaruh atau membantu dalam
proses pemberian asuhan keperawatan termasuk asuhan keperawatan bagi bayi
resiko tinggi, sehingga bayi resiko tinggi dalam hal ini bayi hipotermi dapat
terhindar dari akibat-akibat buruk asuhan keperawatan yang jelek. Askep yang
jelek terhadap bayi akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bayi, padahal bayi-bayi sekarang adalah calon-calon generasi
penerus bangsa dimasa akan datang. Hal
ini berarti pula bahwa asuhan keperawatan berpengaruh besar terhadap
peningkatan sumber daya manusia. Itu
menjadi sebab mengapa masalah bayi resiko tinggi masuk dalam pengawasan Sistem
Kesehatan Nasional (SKN).
No comments:
Post a Comment