BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada beberapa
negara berkembang termasuk Indonesia, masalah gizi merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang utama dan merupakan penyebab penting kematian ibu dan kematian
anak secara tidak langsung yang sebenarnya masih dapat di cegah, angka kematian
ibu dan angka kematian bayi pada hakekatnya ditentukan oleh status gizi ibu
hamil dengan status gizi yang buruk atau sub optimal, cenderung melahirkan bayi
dengan berat badan rendah dan dihadapkan pada kematian yang lebih besar
dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan status gizi yang baik
atau optimal (Marsianto dkk, 1993). Golongan dewasa, Kurang Energi Protein
(KEK) di jumpai di kalangan wanita hamil dan menyusui dimana kelompok penduduk
ini memang biasa di anggap rawan terhadap keadaan gizi kurang, keadaan yang
demikian dapat berpengaruh negatif terhadap janin yang dikandung maupun
terhadap bayi dan anak pada pertumbuhan selanjutnya (Suhardjo, 1996).
Berdasarkan
penelitian World Health Organization (WHO) di seluruh dunia terdapat kematian
ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar
10.000.000 jiwa pertahun (Manuaba, 1998). Di Indonesia kematian dan
kesakitan ibu masih merupakan masalah yang besar. Angka kematian ibu (AKI)
berdasarkan SKRT 1986 adalah sebesar 450 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami
penurunan yang lambat, yaitu menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT,
1995). Angka ini tiga sampai enam kali lebih besar dari negara di wilayah ASEAN
dan lebih dari 50 kali angka negara maju. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia, menurut hasil survey demografi kesehatan Indonesia tahun 1997 adalah
sebesar 52 per 1000 kelahiran hidup, dengan angka kematian neonatal 25 per 1000
kelahiran hidup. Menurut Survey Kesehatan Rumah tangga (SKRT) tahun 1995,
gangguan perinatal merupakan penyebab utama kematian bayi (33.5%) di pulau
Jawa-Bali dan merupakan penyebab kematian kedua (26,9%) di luar Jawa-Bali (Depkes RI,
2001).
Propinsi Nusa
Tenggara Barat merupakan daerah yang memiliki angka kematian ibu dan bayi yang
tinggi di banding dengan propinsi lain di Indonesia. Berdasarkan hasil laporan
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dinkes Propinsi
Nusa Tenggara Barat tahun 2003, tercatat Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 390
per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) cukup tinggi yaitu:
61 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan di Kabupaten Lombok Tengah propinsi NTB
pada tahun 2003 dari 21450 ibu hamil yang di periksa terdapat 4053 / 18,90%
yang Kurang Energi Kronis (KEK), Anemia 2570 / 11,98% kasus, Angka Kematian
Bayi (AKB) terdapat 225/per1000 kelahiran hidup sedangkan dari 1844 ibu hamil
terdapat 19 kematian maternal. Dengan demikian pengawasan terhadap status
nutrisi ibu hamil sangat diperlukan dalam menekan hal-hal yang akan memperburuk
keadaan ibu maupun bayi.
Banyak para
peneliti menemukan masalah kurang energi protein di daerah dimana pangan sumber
protein tersedia cukup tinggi, tetapi karena kebiasaan, kepercayaan dan
ketidaktahuan terhadap gizi maka banyak jenis-jenis bahan makanan yang tidak
dimanfaatkan (Supariasa, 2001) dan diantara penyebab kekurangan nutrisi pada
ibu hamil yaitu karena kurangnya pengetahuan akan manfaat maupun memilih jenis
nutrisi yang harus dipenuhi tersebut. Disamping itu pada kalangan masyarakat
pedesaan terdapat pantangan-pantangan atau adat kebiasaan yang sebenarnya
bertentangan dengan norma gizi sehingga akan mempengaruhi sikap maupun perilaku
ibu-ibu hamil dalam memenuhi nutrisinya, karena baik ibu maupun janin sangat
memerlukan nutrisi yang adekuat (Manuaba, 1999). Oleh karena itu, status gizi
ibu selama hamil sangat mempengaruhi bagi dirinya, janin, dan persalinannya.
Bagi ibu hamil dapat menyebabkan abortus, anemia, partus prematurus, inertia
uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis dan lain-lain (Rustam
Mochtar, 1998). Sedangkan bagi janin dapat menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), terhambatnya pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir, bayi lahir
mudah terinfeksi dan sebagainya (Supariasa, 2001).
Untuk
mengatasi masalah diatas peran tenaga kesehatan dalam upaya pendidikan atau
penyuluhan gizi merupakan salah satu usaha yang sangat penting sehingga
diharapkan ibu hamil mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi. Disamping
itu dengan pemantauan status gizi ibu hamil baik pada awal kehamilan dan
pemantauan gizi selama hamil sangat diperlukan untuk mencegah
komplikasi-komplikasi sedini mungkin dan merupakan upaya pendekatan yang
potensial dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak. Dalam
penentuan keadaan gizi ini perlu dikumpulkan data-data mengenai : tanda-tanda
klinis, pemeriksaan biokimia dan pemeriksaan antropometri (Marsianto dkk, 1993)
akan tetapi data klinis bersifat subyektif, sulit di lakukan dan diukur secara
kuantitatif. Pemeriksaan antropometri lebih dianjurkan karena lebih praktis
cukup teliti mudah dilakukan oleh siapa saja setelah dibekali latihan sederhana
oleh petugas kesehatan.
1.2
Rumusan Masalah
Pertanyaan
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana
hubungan perilaku ibu hamil dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dengan status gizi
ibu? ”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Menganalisis
hubungan antara perilaku ibu hamil dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dengan status
gizi ibu.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mengidentifikasi
pengetahuan ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
2.
Mengidentifikasi
sikap dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
3.
Mengidentifikasi
tindakan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
4.
Mengidentifikasi
status gizi ibu hamil.
5.
Menganalisis
hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan status gizi ibu.
6.
Menganalisis
hubungan sikap dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dengan status gizi ibu.
7.
Menganalisis
hubungan tindakan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dengan status gizi ibu.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Secara Teoritis
Status gizi ibu hamil sangat penting untuk diketahui atau
dievaluasi karena merupakan penyebab tidak langsung kematian ibu dan kematian
anak, status gizi berkaitan dengan perilaku ibu dalam pemenuhan nutrisinya
sehingga perilaku ibu dalam hubungannya dengan status gizi dapat dijadikan
obyek penelitian
1.4.2
Secara Praktis
(penerapan)
1.
Sebagai bahan masukan pada ibu
hamil agar mengetahui arti pentingnya nutrisi bagi kehamilannya.
2.
Sebagai bahan masukan terhadap
tenaga kesehatan pentingnya melakukan pengawasan terhadap nutrisi masa hamil
dalam rangka menekan jumlah kematian maternal dan neonatal.