BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari
sistem pelayanan kesehatan sangat menentukan mutu pelayanan kesehatan. Tenaga
keperawatan sebagai bagian dari sistem ketenagaan kesehatan, diharapkan dapat
memenuhi tuntutan dan kebutuhan pelayanan kesehatan secara nasional dan global
(Achir Yani, 2002;1). Keperawatan merupakan suatu profesi yang sangat penting
dan menentukan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Di rumah sakit keperawatan
juga memegang peranan yang sangat strategis, dimana kebanyakan tenaga kesehatan
adalah para perawat yang memberikan asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan
yang bermutu dapat dicapai salah satunya tergantung pada seimbangnya antara
jumlah tenaga dan beban kerja perawat di suatu rumah sakit (Jurnal Keperawatan Indonesia, 2003;333).
Dalam membuat perencanaan ketenagaan harus
benar-benar diperhitungkan sehingga tidak menimbulkan dampak pada beban kerja
yang tinggi yang dapat
mengakibatkan turunnya kualitas pelayanan keperawatan. Sistem kerja yang tidak
dirancang dengan baik dapat menyebabkan keluhan subyektif, beban kerja berat,
tidak efektif dan tidak efisien yang pada gilirannya mengakibatkan dapat
menimbulkan ketidak puasan bekerja, sehingga produktivitas kerja/ kinerja
menurun (Bina Diknakes, 2001;27). Kurangnya tenaga keperawatan baik kuantitas
maupun kualitas akan sangat mengganggu kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan, karena akan semakin menambah beratnya beban kerja yang pada
gilirannya prestasi kerja menurun,
kepuasan kerja berkurang, sehingga akan mengakibatkan turunnya kualitas
asuhan keperawatan dan kepuasan pasien berkurang (Jurnal Keperawatan Indonesia,
2003;334-335).
Berdasarkan hasil survey Nasional yang
dilakukan Anna, 2001 bahwa perawat
register nurse kondisi kerjanya mengalami perubahan yang menyebabkan kualitas
pelayanan perawatan mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya mereka merasa
bahwa pada saat berada di ruang kerja, mereka sering lupa untuk istirahat dan
makan snack (5711 responden), merasa terjadi peningkatan tekanan untuk
menyelesaikan pekerjan (5340 responden), tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan
setelah shif (4210 responden), tidak bisa menyelesaikan pendidikan
berkelanjutan dan mengalami stress dan sakit (3762 responden), merasa sangat
kelelahan dan tidak ada motivasi setelah kerja (3617 responden), merasa tidak
termotivasi dan sedih karena karena tidak bisa memberikan pelayanan keperawatan
(3222 responden) dan 2928 responden merasa tidak punya tenaga untuk memberikan
pelayanan keperawatan secara kualitatif yang optimal, yang semua itu disebabkan
beban kerja yang tinggi.
Tahun 1991 telah dilakukan pengukuran penampilan
kerja 35 rumah sakit se Jawa Timur dengan hasil sebagai berikut : 1) kelompok
manajemen 20 % baik, 60 % cukup, 20 % kurang, 2) kelompok pelayanan medik 11,
43 % baik, 20 % cukup dan 68, 57 % kurang, 3) kelompok penunjang pelayanan
medik 5, 71 % baik, 45,71 % cukup dan 48,57 % kurang, 4) pemeliharaan, dari 35
rumah sakit (100 %) kurang baik (Majalah Perumah Sakitan, 1994;7-10).
Sedangkan di BLUD RSUD Kabupaten Konawe, jumlah
tenaga keperawatan secara keseluruhan 125 orang yang tersebar diberbagai
instalasi antara lain : 1) instalasi rawat jalan 13 orang perawat, 2) IGD 14 0rang
perawat, 3) VIP 14 orang perawat, 4) ICU 12 orang perawat, 5) instalasi medical bedah ( Asoka ) 14 orang
perawat, 6) Instalasi penyakit dalam ( Melati )17 orang perawat, 7) zaal anak
12 orang perawat, 8) Ruang Mawar 15 orang perawat, 9) Ruang Operasi 8 orang
perawat dan 6 orang perawat di instalasi lain. Di instalasi rawat inap jumlah
perawat 86 orang perawat, perbandingan jumlah perawat dengan pasien yang
dirawat 1 : 5-6 pasien pada pagi hari dan 1 : 10-15 pasien pada sore hari dan
malam hari (Medical Record dan Program kerja Komite Keperawatan BLUD RSUD Kabupaten
Konawe).
Analisis
data tersebut diatas salah satu masalah yang bisa diungkap adalah standar
praktek asuhan keperawatan sebagai pedoman kerja bagi tenaga profesional
keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan masih belum memadai. Rasio
kebutuhan tenaga keperawatan didasarkan pada jumlah pasien yang dirawat masih
belum memenuhi standar. Standar kinerja perlu dirumuskan, guna dijadikan tolok ukur dalam mengadakan
perbandingan antara apa yang telah dilakukan dengan apa yang diharapkan (Sedarmayanti,
2005;51).
Untuk meningkatkan mutu pelayanan tersebut
diupayakan dalam mengelola pasien sesuai dengan standar masing-masing profesi
yang dalam hal ini standar praktek asuhan keperawatan yang telah ditetapkan.
Semakin patuh semua tenaga profesional kepada standar yang diakui oleh
masing-masing profesi, akan semakin tinggi pula mutu asuhan
kesehatan/keperawatan terhadap pasien. Yang berarti bahwa kinerja tenaga
profesional kesehatan/ keperawatan semakin meningkat. Disamping itu untuk
meningkatkan kinerja tenaga profesional kesehatan/keperawatan perlu ditempuh
cara-cara yang antara lain : 1) penempatan tenaga profesional keperawatan yang
sesuai, 2) pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi kerja, 3)
hubungan kerja yang manusiawi, 4) adanya usaha meningkatkan mutu sumber daya
manusia, 5) kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural
(Djojodibroto, 2003;59).
Ketidak puasan klien disebabkan oleh pelayanan
keperawatan yang kurang profesional, hal ini salah satunya disebabkan model pemberian
asuhan keperawatan yang diterapkan masih menggunakan model fungsional.
Model Tim merupakan salah satu
model dalam pemberian asuhan keperawatan yang berorientasi pada
profesionalisme, model ini dirancang yang bertujuan untuk mengurangi frakmentasi
pelayanan, sehingga kinerja perawat lebih baik, karena pada model tim tersebut
memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung terlaksananya
proses keperawatan dan memungkinkan komunikasi antar tim sehingga kinerja
perawat lebih baik dan memberi kepuasan pada klien maupun perawat (PPNI Jatim, Kumpulan Materi Pelatihan Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan Bagi Kepala Ruang, 2006).
B.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan beban kerja
dengan kinerja perawat di RSUD Kabupaten Konawe.
2. Bagaimana hubungan pengetahuan
dengan kinerja perawat di RSUD Kabupaten Konawe.
3. Bagaimana hubungan sikap dengan
kinerja perawat di RSUD Kabupaten Konawe.
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja,
pengetahuan dan sikap dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Konawe.
2. Tujuan
Khusus
a. Mengetahui hubungan beban kerja dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe.
b. Mengetahui hubungan Pengetahuan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe.
c. Mengetahui hubungan sikap dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi Direktur rumah sakit
untuk meningkatkan kinerja perawat dalam mengelola mutu pelayanan keperawatan
pasien rawat inap di rumah sakit.
2.
Manfaat Teoritis
Menambah
pengetahuan perawat dalam meningkatkan
profesionalisme agar mutu pelayanan serta kinerja perawat meningkat sehingga
pasien mendapatkan pelayanan yang optimal.
No comments:
Post a Comment